PROFIL

Sabtu, 20 April 2013

ONGKOS DAN PENERIMAAN


Penerimaan (Revenue)

Penerimaan adalah segala penerimaan produsen dari hasil penjualan outputnya.
Macam-macam dari penerimaan yaitu diantaranya :

1)      Total Penerimaan (Total Revenue)
Total Revenue di singkat TR atau juga bisa disebut dengan total penerimaan yaitu penerimaan dari hasil penjualan.

2)      Penerimaan Rata-rata (Avarage Total Revenue)
Average Total Revenue yang disingkat AR atau yang lebih dikenal sebagai penerimaan rata-rata yaitu adalah rata-rata penerimaan dari per kesatuan produk yang dijual atau yang dihasilkan, dan yang diperoleh dengan jalan membagi hasil total penerimaan dengan jumlah satuan barang yang dijual.

3)      Penerimaan Marginal (Marginal Revenue)
Marginal Revenue yang disingkat MR atau juga bisa disebut dengan penerimaan marginal adalah suatu penambahan penerimaan atas TR sebagai akibat penambahan satu unti output.

Keuntungan maksimum

1)      Permintaan dan Hasil Jualan
Didalam menganalisis usaha sesuatu perusahaan untuk memaksimumkan keuntungan ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu :
  • Biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan
  • Hasil penjualan dari barang yang dihasilkan perusahaan itu.
2)      Permintaan Pasar dan Perusahaan

3)     Hasil Penjualan Marginal, Rata-rata dan Total, terbagi menjadi beberapa bagian yaitu diantaranya adalah :
  • Hasil pendekatan total
  • Hasil pendekatan marginal
  • Hasil pendekatan rata-rata

Pendekatan Total

 Gambar 1. Mencari Keuntungan Maksimum dengan Pendekatan Total



Gambar 2. Kurva Mencari Keuntungan Maksimum dengan Pendekatan Total


Pendekatan Marginal
Gambar 3. Mencari Keuntungan Maksimum dengan Pendekatan Marginal



Gambar 4. Kurva Mencari Keuntungan Maksimum dengan Pendekatan Marginal


Pendekatan Rata-rata
Hasil Penjualan Rata-rata,untuk suatu perusahaan dalam pasar persaingan sempurna hasil penjualan rata-rata (AR) adalah harga barang yang diproduksi perusahaan adalah Rp 3000 maka d0=AR0= MRQ adalah kurva permintaan yang dihadapi perusahaan. Dengan demikian kurva ini adalah kurva hasil penjualan rata-rata pada harga barang sebanyak Rp 3000 (dan dinyatakan sebagai AR^. Kalau harga barang yang dijual perusahaan adalah Rp 6000, kurva d} = AR} = MRj adalah kurva permintaan dan juga kurva hasil penjualan rata-rata pada harga Rp 6000.
Dalam mencari keuntungan maksimum dengan pendekatan rata-rata, yaitu menggabungkan antara pasar persaingan sempurna dengan persaingan pasar tidak sempurna.
 

ONGKOS DAN PENERIMAAN

Kurva Ongkos

Kurva ongkos adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara jumlah ongkos produksi dengan tingkat output yang dihasilkan.



 Gambar 1. Kurva Ongkos Produksi Jangka Panjang



 Gambar 2. KurvaBiaya Total



Gambar 3. Kurva Ongkos Variabel Rata-Rata



Gambar 4. Long Run Average Cost Curve



Gambar 5. Kemungkinan Kapasitas Produksi

ONGKOS DAN PENERIMAAN

 Pengertian Ongkos

Ongkos adalah kurva yang menunjukan hubungan antara jumlah ongkos produksi dengan tingkat output yang dihasilkan. Ongkos produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi guna memproduksi output.
Macam-macam ongkos sebagai berikut :

1. Total Fixed Cost (Ongkos Total Tetap) adalah jumlah ongkos yang tetap yang tidak dipengaruhi oleh tingkat produksi. Contoh penyusutan, sewa, dsb.

2. Total Variabel Cost (Ongkos Variabel Total) adalah Jumlah ongkos-ongkos yang dibayarkan yang besarnya berubah menurut tingkat yang dihasilkan. Contoh ongkos bahan mentah, tenaga kerja, dsb.

3. Total Cost (Ongkos Total) adalah penjumlahan antara ongkos total tetap dengan ongkos total variabel. TC = TFC + TVC

4. Averege Fixed Cost (Ongkos Tetap Rata-Rata ) adalah ongkos tetap yang dibebankan kepada setiap unit output.
TFC
AFC = Q = tingkat output

5. Averege Fixed Cost (Ongkos Variabel Rata-Rata) adalah ongkos variabel yang dibebankan untuk setiap unit output.

6. Averege Total Cost (Ongkos Total Rata-rata) adalah ongkos produksi yang dibebankan untuk setiap unit output.

7. Marginal Cost (Ongkos Marginal) adalah tambahan atau berkurangnya ongkos total karena bertambahnya atau berkurangnya satu unit output.
ATC ATVC
MC = ———
AQ AQ

Ongkos produksi dibedakan menjadi :

1. Ongkos Produksi Jangka Pendek
Dalam ongkos produksi jangka pendek perusahaan sudah mempunya! peralatan- peralatan untuk produksi seperti mesin, gedung dan tanah. Masalah yang perlu diper- hatikan adalah masalah kebijaksanaan bahan baku, tenaga kerja dan lain-lain yang merupakan ongkos variabel. Jadi dalam ongkos produksi jangka pendek ini terdapat ongkos tetap dan ongkos variabe

2. Ongkos Produksi Jangka Panjang
Dalam ongkos produksi jangka panjang, perusahaan dapat menambah semua faktor produksi, sehingga tidak ada ongkos tetap dalam jangka panjang. Semua pengeluaran merupakan ongkos variabel
Pengertian Penerimaan
Didalam memproduksi suatu barang, ada dua hal yang menjadi fokus utama dari seorang pengusaha dalam rangka mendapatkan keuntungan yang maksimum, yaitu ongkos (cost) dan penerimaan (Revenue).
Ongkos sebagaimana telah dijelaskan diatas, maka yang dimaksud dengan penerimaan adalah jumlah uang yang diperoleh dari penjualan sejumlah output atau dengan kata lain merupakan segala pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan hasil dari penjualan hasil produksinya.
Hasil total penerimaan dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah satuan barang yang dijual dengan harga barang yang bersangkutan atau
TR = Q x P

Jenis-jenis Penerimaan

1. Total penerimaan (Total revenue : TR), yaitu total penerimaan dari hasil penjualan.Pada pasar persaingan sempurna, TR merupakan garis lurus dari titik origin, karena harga yang terjadi dipasar bagi mereka merupakan suatu yang datum (tidak bisa dipengaruhi), maka penerimaan mereka naik sebanding (Proporsional) dengan jumlah barang yang dijual. Pada pasar persaingan tidak sempurna, TR merupakan garis melengkung dari titik origin, karena masing perusahaan dapat menentukan sendiri harga barang yang dijualnya, dimana mula-mula TR naik sangat cepat, (akibat pengaruh monopoli) kemudian pada titik tertentu mulai menurun (akibat pengaruh persaingan dan substansi).

2. Penerimaan rata-rata (Avarage Total revenue: AR), yaitu rata-rata penerimaan dari per kesatuan produk yang dijual atau yang dihasilkan, yang diperoleh dengan jalan membagi hasil total penerimaan dengan jumlah satuan barang yang dijual.

3. Penerimaan Marginal (Marginal Revenue : MR), yaitu penambahan penerimaan atas TR sebagai akibat penambahan satu unit output.
Dalam pasar persaingan sempurna MR ini adalah konstan dan sama dengan harga (P), dan berimpit dengan kurva AR atau kurva permintaan, bentuk kurvanya horizontal.
Dalam pasar persaingan tidak sempurna MR, menurun dari kiri atas kekanan bawah dan nilainya dapat berupa :
1. Positif;
2. Sama dengan nol;
3. Negatif.
C. Keuntunga maksimum
1. Permintaan Dan Hasil Jualan

Di dalam menganalisis usaha sesuatu perusahaan untuk memaksimumkan keuntungan, dua hal harus diperhatikan:

• Biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan.
• Hasil penjualan dari barang yang dihasilkan perusahaan itu.

Sifat biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah bersamaan, walau dalam struktur pasar manapun ia digolongkan. Akan tetapi sifat hasil penjualan adalah berbeda di antara pasar persaingan sempurna dengan struktur pasar lainnya. Perbedaan ini disebabkan karena ditinjau dari sudut seorang produsen, bentuk permintaan yang dihadapi oleh seorang produsen di pasar persaingan sempurna berbeda sifatnya dengan yang dihadapi seorang produsen di pasar lainnya.

2. Permintaan Pasar Dan Perusahaan
Sifat tersebut adalah setiap perusahaan adalah pengambil harga yaitu sesuatu perusahaan tidak mempunyai kekuasaan untuk menentukan harga.
Kurva permintaan dd adalah berbentuk satu garis yang sejajar dengan sumbu datar, dan tingkat harga yang dicapai adalah Rp 3000. Kurva dd adalah bersifat elastis sempurna karena dua alasan. Yang pertama, hasil produksi perusahaan tersebut adalah serupa (identical) dengan produksi perusahaan-perusahaan lain dalam industri itu, dengan demikian apabila perusahaan tersebut menaikkan harga hasil produksinya, tidak satu pun dari hasil produksinya akan terjual. Para konsumen akan membeli dari perusahaan lain. Alasan kedua, oleh karena produksi perusahaan tersebut adalah sebagian kecil saja dari yang diperjualbelikan di pasar, perusahaan tersebut dapat menjual seluruh produksinya pada harga Rp 3000. Sumbu datar dari Gambar 11.1 (i) menunjukkan bahwa produksi perusahaan itu adalah jauh lebih kecil dari jumlah barang yang diperjualbelikan di pasar. Karena perusahaan itu dapat menjual semua hasil produksinya, tidak ada alasan kepada perusahaan untuk menurunkan harga penjualan barangnya.

3. Hasil Penjualan Marjinal, Rata-Rata Dan Total

a. Hasil Penjualan Rata-rata
Untuk suatu perusahaan dalam pasar persaingan sempurna hasil penjualan rata-rata (AR) adalah seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2 harga barang yang diproduksi perusahaan adalah Rp 3000 maka d0=AR0= MRQ adalah kurva permintaan yang dihadapi perusahaan. Dengan demikian kurva ini adalah kurva hasil penjualan rata-rata pada harga barang sebanyak Rp 3000 (dan dinyatakan sebagai AR^. Kalau harga barang yang dijual perusahaan adalah Rp 6000, kurva d} = AR} = MRj adalah kurva permintaan dan juga kurva hasil penjualan rata-rata pada harga Rp 6000.

b. Hasil Penjualan Mar jinal
Satu konsep (istilah) mengenai hasil penjualan yang sangat penting untuk diketahui dalam analisis penentuan harga dan produksi oleh suatu perusahaan adalah pengertian hasil penjualan marjinal (MR— yang merupakan singkatan dari perkataan Marjinal’Revenue), yaitu tambahan hasil penjualanjangdiperoleh perusahaan dari menjual satu unit lagi barangyang diproduksikannja. Dalam pasar persaingan sempurna berlaku keadaan berikut harga — hasil penjualan rata-rata — hasil penjualan marjinal. Dalam Gambar 2 (i) kurva d() = AR0 = MRn menggambarkan kesamaan tersebut pada harga Rp 3000, dan kurva d0 = AR0 = MR0 menggambarkan kesamaan tersebut pada harga Rp


Least Cost Combination

Cara Menghitung Produktivitas
       Secara umum, produktivitas dapat diukur dengan menghitung rasio keluaran terhadap masukan. Bentuk umum bahasa matematiknya adalah sebagai berikut:

        Bentuk matematik yang sederhana tersebut ternyata tidak dapat melepaskan ukuran-ukuran produktivitas dari persoalan-persoalan yang memang inheren dengan kesederhanaan yang dimiliki. Beberapa persoalan yang  perlu diperhatikan antara lain adalah: 
a.    bahwa ukuran-ukuran produktivitas merupakan angka-angka statistik matematik. Sebagaimana halnya
       statistik matematik, angka-angka produktivitas sangat mudah untuk dimanipulasi dan disalahgunakan
       sehingga melahirkan informasi yang terdistorsi dan memihak pada kepentingan-kepentingan tertentu.
b.    bahwa persamaan matematik di atas akan memberikan angka-angka ukuran produktivitas yang bisa
       jadi sangat berbeda, bergantung pada bagaimana ukuran keluaran-masukan dinyatakan. Apakah
       satuan keluaran-masukan akan dinyatakan dalam satuan kuantitas fisik yang nantinya akan
       memberikan ukuran produktivitas operasional, ataukah dalam satuan unit moneter yang memberikan
       ukuran produktivitas finansial ?
c.    Persoalan ketiga yang berkaitan dengan pengukuran produktivitas adalah cakupan masukan yang
       diperhitungkan dalam menentukan angka produktivitas. Apakah masukan yang digunakan dihitung
       secara parsial sehingga angka produktivitas yang dihasilkan adalah produktivitas parsial  setiap jenis
       masukan ? Ataukah  keseluruhan masukan yang digunakan, seperti tenaga kerja, modal, bahan baku,
       energi, dan kemampuan manajemen, secara bersama-sama diperhitungkan sehingga menghasilkan
       angka produktivitas total ?

        Sebagai ilustrasi, dimisalkan seorang pekerja pabrik sepatu kulit berpenghasilan sebesar Rp.15.000,00 per hari. Dalam seharinya, dia mampu membuat sepatu sebanyak 15 unit. Kalau ukuran komponen masukan dinyatakan dalam satuan kuantitas tenaga kerja, maka angka produktivitas tenaga kerja adalah sebesar 15 unit per orang-hari (15 unit/1orang-hari = 15). Namun, bila ukuran komponen masukan dinyatakan dalam satuan unit moneter, maka hasil perhitungan angka produktivitas tenaga kerja sebesar 0,001 per rupiah per hari (15/15.000).

        Kemudian perusahaan merekrut pekerja baru yang memiliki ketrampilan lebih rendah dengan penghasilan Rp.10.000,00 per hari. Secara bersama-sama, setiap harinya mereka mampu menghasilkan 28 unit sepatu. Bila digunakan ukuran kuantitas fisik untuk mengukur komponen masukan, maka angka produktivitas menjadi 14 unit per orang-hari. Ini berarti bahwa produktivitas tenaga kerja setelah ada penambahan tenaga kerja baru menunjukkan penurunan sebesar 6,7% (1/15 = 0,067 x 100%) dibanding sebelum ada tambahan tenaga kerja baru. Akan tetapi, bila ukuran masukannya adalah unit moneter, maka produktivitas tenaga kerja berada pada angka 0,00112 per rupiah-hari atau mengalami kenaikan sebesar 12% (0,00012/0,001= 0,12 x 100%) dari sebelumnya. Hasil perhitungan yang terakhir ini ternyata memberikan informasi yang berlawanan arah dengan hasil perhitungan yang menggunakan cara pertama.

        Perbedaan hasil ukuran produktivitas tenaga kerja pada contoh di atas disebabkan oleh penggunaan satuan ukuran masukan yang berbeda. Yang pertama, satuan masukan dinyatakan dalam kuantitas fisik jumlah tenaga kerja. Bentuk matematik produktivitas akan menghitung angka rata-rata keluaran dari setiap tenaga kerja. Ini berarti perhitungan tersebut secara implisit mengasumsikan bahwa semua pekerja berada pada posisi yang sama. Pada hal tidak demikian. Dua pekerja tersebut dalam contoh memiliki upah berbeda. Perbedaan upah di sini menunjukkan perbedaan tingkat ketrampilan yang dimiliki. Menghadapi keadaan semacam ini, kiranya menjadi lebih baik bila masukan tenaga kerja dinilai secara relatif dalam satuan unit moneter. 

        Pengukuran produktivitas secara parsial memungkinkan manajemen untuk memusatkan perhatian pada komponen masukan tertentu. Lebih jauh, ukuran-ukuran operasional parsial memberikan kemudahan untuk akses kinerja produktivitas  karyawan operasional, misalnya pekerja. Kinerja pekerja dapat dikaitkan dengan misalnya, unit yang dihasilkan per jam, atau unit yang dihasilkan per kg bahan. Dari ukuran-ukuran operasional parsial yang semacam itu, dapat diperoleh umpan balik tentang kinerja karyawan operasional sehubungan dengan penggunaan komponen masukan tertentu yang menjadi tanggung jawabnya.

        Di sisi lain, ukuran-ukuran produktivitas parsial, bila digunakan secara terpisah dan terdapat memberikan informasi yang menyesatkan. Dalam kasus dimana terjadi penurunan produktivitas salah satu komponen masukan, ada kemungkinan menyebabkan peningkatan produktivitas pada komponen masukan yang lain. Demikian pula sebaliknya. Jadi ada semacam tradeoff yang bisa jadi dikehendaki karena secara keseluruhan terjadi kenaikan produktivitas. Ini tidak akan nampak bila digunakan ukuran parsial dan isolatif. Untuk memberikan gambaran yang lebih konkrit berikut ini diberikan sebuah ilustrasi.

        Misalkan saja sebuah unit usaha pada bulan yang lalu menghasilkan barang sejumlah 10.000 unit, dengan biaya tenaga kerja dan peralatan masing-masing sebesar Rp.50.000,00 dan Rp.25.000,00 per bulan. Selanjutnya ada tawaran investasi untuk peralatan baru yang lebih canggih untuk mengganti mesin yang ada. Meski biaya perbulannya sebesar Rp.40.000,00, namun akan mengakibatkan penghematan biaya tenaga kerja sebesar Rp.10.000,00. Bila tawaran investasi tersebut dievaluasi dengan melihat produktivitas parsial dari sisi tenaga kerja, maka akan diperoleh informasi yang mengarahkan keputusan pada menerima tawaran itu. Ini karena dengan menerima tawaran investasi mesin baru yang lebih canggih, produktivitas tenaga kerja meningkat dari sebelumnya. Sebelum menggunakan peralatan baru angka produktivitas parsial tenaga kerja sebesar 0,20 unit keluaran per tenaga kerja-rupiah (10.000/50.000), sedang setelah digunakannya mesin yang lebih canggih produktivitas tenaga kerja mencapai 0,25 unit keluaran per tenaga kerja-rupiah (10.000/40.000).

        Akan tetapi, bila investasi mesin baru yang ditawarkan seperti dalam ilustrasi dievaluasi dengan cara yang berbeda, yakni dengan melihat akibatnya terhadap produktivitas total, maka informasi yang diperoleh dari hasil perhitungan produktivitas total tenaga kerja dan mesin akan membawa pada keputusan menolak tawaran itu. Produktivitas total tenaga kerja dan mesin menunjukkan penurunan dari 0,133 unit keluaran per rupiah masukan  (10.000/(50.000+25.000)) menjadi 0,125 unit keluaran per rupiah masukan (10.000/(40.000+40.000)). Penurunan produktivitas total disebabkan oleh kenaikan produktivitas parsial tenaga kerja di satu sisi, tidak dapat menutup penurunan produktivitas mesin di sisi lain.

        Dengan demikian, dalam kasus-kasus yang memiliki kemungkinan adanya tradeoff produktivitas parsial inter komponen masukan, dianjurkan untuk menggunakan ukuran produktivitas total. Namun demikian, penggunaan ukuran produktivitas parsial maupun total secara bersamaan, akan memberikan informasi yang jauh lebih lengkap bagi manajemen untuk analisis dan pengambilan keputusan, karena manajemen memperoleh gambaran lengkap mengenai dampak dari keputusannya terhadap keseluruhan produktivitas, sekaligus dampaknya secara spesifik terhadap produktivitas parsial dari setiap komponen masukan.

    Ukuran produktivitas memberi manajer operasi suatu petunjuk tentang bagaimana meningkatkan produktivitas, yakni meningkatkan numerator dari ukuran produktivitas, atau menurunkan denominator, atau keduanya.
    Berikut ini beberapa cara yang dapat digunakan oleh manajer operasi untuk meningkatkan produktivitas, yakni:
1).    Meningkatkan efisiensi dengan menurunkan total biaya operasi, meningkatkan penghematan jam
        tenaga kerja dan jam mesin, serta mengurangi pemborosan.
2).    Meningkatkan efektivitas dengan pengambilan keputusan dan komunikasi yang lebih baik.
3).    Mencapai performance yang lebih tinggi dengan meningkatkan kualitas, mengurangi kecelakaan kerja
        dan waktu yang terbuang, dan meminimisasi kerusakan peralatan.
4).    Membangun kesehatan situasi, kondisi organisasi yang lebih baik dengan memperbaiki moral pekerja,
        kondisi lingkungan kerja, kepuasan dan kerja sama. 
 
SUMBER :
 
https://sites.google.com/site/operasiproduksi/Pengertian-Definisi-Cara-Menghitung-Dampak-Produktivitas

PERILAKU PRODUSEN

PRODUSEN DAN FUNGSI PRODUKSI

PRODUSEN

Produsen dalam ekonomi adalah orang yang menghasilkan barang dan jasa untuk dijual atau dipasarkan. Orang yang memakai atau memanfaatkan barang dan jasa hasil produksi untuk memenuhi kebetuhan adalah konsumen.

Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna suatu benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang. Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk mencapai kemakmuran. Kemakmuran dapat tercapai jika tersedia barang dan jasa dalam jumlah yang mencukupi.
 
FUNGSI PRODUKSI
 
Proses produksi merupakan proses mengolah input untuk menghasilkan barang dan jasa. Jumlah output akan dipengaruhi oleh besar atau kecilnya input dan teknologi yang digunakan. Hubungan antara jumlah penggunaan input dan jumlah output yang dihasilkan, dengan tingkat teknologi tertentu disebut fungsi produksi. Input dalam kegiatan produksi dapat dikelompokkan menjadi input tetap atau fixed input dan input variabel atau variable input. Input tetap adalah faktor produksi yang jumlahnya selalu tetap meskipun jumlah outputnya berubah, misalnya peralatan dan mesin-mesin. Input variabel merupakan faktor produksi yang jumlahnya selalu berubah apabila output berubah, misalnya tenaga kerja dan bahan baku.

Fungsi produksi dapat digunakan untuk tiga konsep produksi, yaitu produk total atau total product, produk rata-rata atau average product, dan produk marginal atau marginal product. Peroduk total merupakan jumlah output keseluruhan. Produk total dibagi dengan jumlah input variabel tertentu akan menghasilkan produk rata-rata. Produk marginal merupakan perubahan produksi total sebagai akibat dari perubahan penggunaan satu unit input variabel.
 

 PRODUKSI OPTIMAL

Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna suatu benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang. Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk mencapai kemakmuran. Kemakmuran dapat tercapai jika tersedia barang dan jasa dalam jumlah yang mencukupi.
 
Kategori Kegiatan Produksi:
  • Produksi sesuai pesanan (custom-order production)
  • Produksi massal yang kaku (rigid mass production) 
  • Produksi massal yang fleksibel (flexible mass production)
Mengoptimalkan Produksi adalah upaya meningkatkan nilai dari suatu produksi. Seperti meningkatkan kualitas produksi, jumlah produksi, manfaat produksi, bentuk fisik produksi, dsb

Cara Mengoptimalkan produksi:

1. Biaya yang digunakan harus dipandang sebagai keuntungan potensial ( potential profit ), bukan pengeluaran atau ongkos produksi yang memang harus di keluarkan. Dengan demikian reduksi biaya produksi melalui peningkatan efisiansi akan meningkatkan keuntungan.
2. Setelah persepsi tentang biaya produksi diatas berubah, manajemen harus melaksanakan aktivitas produksi bernilai tambah ( bukan sekedar mengubah input menjadi output ) dengan jalan berproduksi pada biaya produksi yang minimum. Dengan cara ini perusahaan akan meningkatkan daya saing melalui strategi penetatapan harga ( pricing strategy ) yang kompetirif di pasar.
3. Keunggulan kompetitif produk dipasar akan meningkatkan pangsa pasar (market share) yang berarti akan meningkatkan penerimaan total (TR) dari penjualan produk itu 


Source :

edukasi.net dengan perubahan